A.
Dormansi
1.
Pengertian dormansi
Dormansi adalah proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian
tanaman, atau jaringan walupun berada dalam kondisi pertumbuhan yang optimum
untuk menunjukkan pertumbuhan sewajarnya. Dormansi dapat dikatakan juga sebagai
suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi, walaupun kondisi lingkungan
mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Dengan melakukan dormansi, tumbuhan dapat hidup bertahan
bulanan bahkan beberapa tahun, tanpa menghabiskan cadangan makanannya. Dormansi
dapat menyebabkan tumbuhan mampu bertahan terhadap kondisi yang tidak
menguntungkan, seperti kekeringan pada musim panas dan suhu rendah pada musim
dingin.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi
dan memulai proses perkecambahannya.
2.
Tipe Dormansi
§
Dormansi fisik: yang menyebabkan pembatasan struktural
terhadap perkecambahan, seperti kulit biji yang eras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis benih
tanaman.
§
Dormansi fisiologi: dapat disebabkan oleh sejumlah
mekanisme, umumnya dapat juga disebabkan
pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh.
-
Immaturity embrio
Beberapa
jenis tanaman mempunyai biji dimana perkembangan embrio tidak secepat jaringan
sekelilingnya.Sehingga perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda,
sebaiknya benih ditempaykan pada kondisi temperatur dan kelembapan tertentu
agar viabilitasnya tetap terjaga samapi embrio terbentuk sempurna dan dapat
berkecambah.
-
After ripening
Peristiwa
dimana benih tidak mau berkecambah pada waktu dikecambahkan meskipun telah
diberi rangsangan yang biasa dipakai untuk mematahkan dormansi dan benih baru
dapat berkecambah setelah disimpan selama jangka waktu tertentu.
-
Dormansi sekunder
Benih-benih
yang pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilanagan kemampuan untuk berkecambah.
-
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada
embrio
Banyak
dari jenis-jenis benih tanaman diketahui peka terhadap cahaya.
B.
Penyebab dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
-
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
-
Proses respirasi tertekan / terhambat.
-
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
-
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara
fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih
tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau
bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
1.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
-
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut
sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan
strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal
terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin
dan bahan kutikula.
-
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi
pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan
segera.
-
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit
biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel
misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga
tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih
berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
2.
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
-
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada
keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan
yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan
bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu.
Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan
fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang
berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih
terbatas.
-
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada
embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat
perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui
terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid,
Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.Counamin diketahui menghambat
kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
-
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis
adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh
lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh
kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi
masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
C.
Dormansi biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embryo. Dormansi biji dapat disebabkan oleh kulit bijinya yang keras,
embrio yang masih mudah, embrio yang belum matang secara fisiologis, adanya zar
penghambat.
1.
mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme
penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
-
mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara
fisik
-
fisik: penyerapan air
terganggu karena kulit biji yang impermeabel
-
kimia: bagian
biji/buah mengandung zat kimia pengham
2.
Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan
dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
-
photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
keberadaan cahaya
-
immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
kondisi embrio yang tidak/belum matang.
-
thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
suhu
3.
Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
-
Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji,
nucellus, pericarp, endocarp
-
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi
bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
-
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik
maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan
skarifikasi mekanik.
-
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji:
mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya
diatur oleh hilum.
-
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam
kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini
dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
4.
Pematahan dormansi biji
untuk memecahkan dormansi antara lain untuk melemahkan kulit
biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Ada beberapa cara yang telah diketahui dalam pemecahan dormansi
biji adalah:
a.
Dengan perlakuan mekanis. Diantaranya
yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan
goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan
mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih
permeabel terhadap air atau gas.
b.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan
dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air
pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat
dilalui oleh air dengan mudah.Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam
asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
Perendaman
benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian
Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan
kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh
antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
c.
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan
perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60
- 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2
menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
d.
Perlakuan dengan suhu.
Cara
yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi
berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
e.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi
juga intensitas cahaya dan panjang hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar