iman dan takwa

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Iman
Kata iman berasal dari kata kerja amina-yu’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak didalam hati. Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan orang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah
Dari bahasa Arab yang artinya percaya atau yakin. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertakwa.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
§  Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

1.      Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
2.      Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3.      Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
4.      Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
5.      Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

1.      Hubungan Taqwa Dengan Allah SWT
Seseorang yang bertaqwa ( muttaqi ) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara Hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan – aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

2.      Hubungan Taqwa Dengan Sesama Manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah – tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan.
Allah menjabarkan cirri – cirri orang yang bertaqwa dengan cirri – cirri perilaku yang berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia.
Pada surat Al – Baqarah ayat 177, menerangkan bahwa diantara cirri – cirri orang bertaqwa itu ialah orang – orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat – malaikat, kitab – kitab Allah. Aspek – aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang taqwadan dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta, dan orang – orang yang menepati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesame manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan diantara aspek keimanan dan sholat.

3.        Hubungan Taqwa Dengan Diri Sendiri
Dalam hubungan dengan diri sendiri ketaqwaan ditandai dengan cirri – cirri antara lain :
1.      Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2.      Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.
3.      Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4.      Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

B.     Wujud Iman
Aqidah islam dalam alquran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
Aqidah islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berrati meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran islam
wujud dari iman adalah sebuah pekerjaan di dalam hati dan angan-angan kita, seperti halnya bila kita menghendaki mewujudkan sesuatu benda atau mewujudkan suatu gambar, maka hati dan pikiran kita sepenuhnya tertuju pada benda atau gambar  tersebut sampai dengan benda atau gambar  tersebut selesai. Demikian juga dengan wujud dari iman, wujud dari iman adalah pekerjaan hati dan angan-angan kita hanya tertuju kepada Allah (bertauhid kepada Allah).

Pada umumnya bila kita bersholat Allahhu Akbar mulut kita menyebut asma Allah tapi angan-angan dan pikiran kita lari ke pasar, memikirkan hutang, memikirkan pekerjaan kantor dsbnya selain Allah, maka sebenarnya hal yang seperti itu disebut orang munafik, fasik, kafir hatinya. Dan hal tersebut yang sebenarnya disebut menyekutukan kepada Allah S.W.T. seperti dalam Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah : 165 :

http://www.manbaul.site50.net/web_images/image018.jpg 

Artinya: Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah ….

http://www.manbaul.site50.net/web_images/image020.jpgMereka juga mengucapkan :
                                                      Tidak ada yang disembah selain Allah
http://www.manbaul.site50.net/web_images/image022.jpgDan dalam Surat Al Fatihah :

hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah dan hanya kepada-Mu (Allah) kami mohon pertolongan
Tetapi ketika mengucapkan kata / ayat tersebut hati dan angan-angannya tidak tertuju kepada Allah S.W.T. Hal tersebut menandakan wajah hati dan wajah angan-angannya berpaling dari Allah dan orang-orang tersebut yang dinamakan iman islamnya hanya berupa lafadz (lisan) saja.


http://www.manbaul.site50.net/web_images/image026.jpgArtinya : “Orang  yang hanya melahirkan/melafalkan kalimatnya iman  maka ketika mati dia ketakutan dan disiksa. Apa sebabnya ? sebab tidak memiliki wujud dari iman itu sendiri. Orang demikian itu sejatinya adalah orang kafir, munafik, musrik. Karena apa ? karena imannya hanya setengah-setengah”.
Tetapi orang yang membawa wujud dari iman yaitu bertauhid kepada Allah, orang-orang itulah yang sangat dikasihi Allah ta’alla. Sebagai tanda/bukti kecintaannya pada Allah S.W.T. mereka selalu bertauhid yaitu hatinya melafalkan Allah, Allah, Allah memusatkan pikiran dan angan-angannya kepada Allah semata.Apa sebabnya? Sebab hanya Allah saja yang menjadi penolong.
C.    Proses Terbentuknya Iman
Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah suatu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur.
Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).

D.    Tanda-tanda Orang Beriman
Al-Qur’an Menjelaskan Tanda-Tanda Orang Beriman Sebagai Berikut :
§  Jika Di Sebut Nama Allah, Maka Hatinya Bergetar Dan Berusaha Agar Ilmu Allah Tidak Lepas Dari Syaraf Memorinya, Serta Jika Di Bacakan Ayat Suci Al-Qur’an, Maka Bergejolak Hatinya Untuk Segera Melaksanakannya (Al-Anfal:2).
§  Senantiasa Tawakal, Yaitu Kerja Keras Berdasarkan Kerangka Ilmu Allah, Diiringi Dengan Doa, Yaitu Harapan Untuk Tetap Hidup Dengan Ajaran Allah Menurut 6.Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, Al-Maidah: 12, Al-Anfal: 2, At- Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, Dan At-Thaghabun: 13).
§  Tertib Dalam Melaksanakan Shalat Dan Selalu Menjaga Pelaksanaannya (Al- Anfal: 3, Dan Al-Mu’minun: 2,7).
§  Menafkahkan Rezki Yang Diterimanya (Al-Anfal: 3 Dan Al-Mu’minun: 4).
§  Menghindari Perkataan Yang Tidak Bermanfaat Dan Menjaga Kehormatan (Al- Mu’minun: 3,5)
§  Memelihara Amanah Dan Menepati Janji (Al-Mu’minun: 6)
§  Berjihad Di Jalan Allah Dan Suka Menolong (Al-Anfal: 74)
§  Tidak Meninggalkan Pertemuan Sebelum Meminta Izin (An-Nur: 62)

E.     Korelasi keimanan dan ketakwaan
Keimanan pada keesaan allah yang di kenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi 2, yaitu: tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan zat, keesaan zat, sifat dan perbuatan tuhan.
Adapun tauhid praktis yang di sebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan penerapan dari tauhid teoritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang wajib disembah selain allah, atau yang wajib disembah hanyalah allah semata yang menjadikannya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah.
Dalam ajaran islam yang dimaksud dengan tauhid yan sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menegakan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaannya, pikiran, dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada allah melalui pikiran, membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalakan dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baik dinyatakan beriman dan bertakwa apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan mengamalkan semua perintah allah, dan menjauhi larangannya.

F.     problematika, tantangan, dan resiko dalam kehidupan modern
berbicara tentang masalah sosial budaya, berarti berbicara tentang masalah alam pikiran dan realitas hidup mansyarakat. Alam pikiran bangsa indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu di penuhi konflik dengan sesama orang islam maupun dengan non islam.
Pada melenium ke tiga, dimungkinkan sebagai masyarakat yang antara satu dengan yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran.
Adaptasi modermisme, kendati pun tidak secara total yang dilakukan bangsa indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa indonesia menjadi penghayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan sikap bangsa indonesia tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi, bangsa indonesia semakin tambah terpuruk, hal ini karena diadaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik diantara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena prakmatis dan oportunis.
Dibidang sosial banyak munculnya masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat.
Persoalan itu muncul,  karena wawasan ilmunya salah, sedangkan ilmu merupakan roh yang menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan menimbulkan tekanan.
Untuk membebaskan bangsa indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini iman dan takwa berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

§  Peran iman dan takwa dalam menjawab problema dan tantangan kehidupan modern
-          Iman menyelapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
-          Iman menanmkan semangatberani mengahadapi maut
-          Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
-          Iman memberikan ketenangan jiwa
-          Iman memberikan kehidupan yang baik
-          Iman melahirkan sikap ikhlas dan kosekuen
-          Iman memberikan keberuntungann
-          Iman mencegah penyakit



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
§  Iman dan taqwa adalah dua unsur pokok bagi pemeluk agama. Keduanya merupakan elemen yang penting dalam kehidupan makhluk manusia dan sangat erat hubungannya dalam menentukan nasib hidupnya.
§  Taqwa itu pada prinsipnya adalah amal batin atau lahir, baik yang bersifat mengikuti perintah Tuhan maupun amal yang berbentuk menjauhi larangan Tuhan. Yang menjadi problema apakah unsur amal itu menjadi syarat iman, dengan pengertian, bahwa apakah tanpa amal seseoran tidak dianggap beriman.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar